Sumber: music.apple.com
Skena Musik Elektronik
(Skena adalah istilah yang sedang viral di media sosial yang terdiri dari singkatan tiga kata yaitu Sua, cengKErama, kelaNa)
Pada masa kini, industri musik sudah sangat jauh menarik dengan adanya berbagai macam genre yang tersedia di pasaran. Dengan adanya layanan music streaming platform, para penikmat musik di dunia sudah dapat memilih lagu apa saja yang ingin didengarkan sesuai dengan selera terhadap alirannya masing-masing. Salah satu aliran musik yang sangat memberikan pengaruh terhadap industri musik saat ini adalah “Musik Elektronik”.
Dengan maraknya perkembangan musik elektronik di Indonesia tentu memberikan warna yang sangat menarik terhadap industri musik di dalamnya. Musik elektronik tidak hanya memberikan warna secara musikalitas, melainkan juga memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dibanding itu. Lantas, mulai kapan musik elektronik muncul di Indonesia? Lalu, bagaimana perkembangannya?
Berawal dari Era 1960-an, musik elektronik di Indonesia pada masa itu terdiri dari gabungan komposisi instrumen synthesizers dengan alat musik tradisional seperti gamelan. Lalu, pada Era 1970-an sampai dengan Era 1990-an, beberapa musisi senior di Indonesia mulai mencoba untuk mendalami genre musik elektronik tersebut. Beberapa musisi senior yang dimaksud adalah Fariz RM yang menciptakan “Sakura” di Tahun 1980, lalu ada Chrisye dengan lagu hitsnya yang bertajuk “Hip Hip Hura” yang dirilis pada Tahun 1985, lalu ada Harry Roesli dengan salah satu lagunya yaitu “Sekuntum Kembang” yang dirilis pada Tahun 1992.
Ketika musik elektronik mulai masuk ke ranah industri musik mainstream, secara bersamaan pula kolektif-kolektif pecinta musik elektronik yang bergerak “di bawah tanah” (underground/sidestream) mencoba untuk mengepakkan sayapnya. Pada Era 1990 sampai 2000-an, festival musik elektronik pertama di Indonesia digelar di Jakarta dengan nama “Parkinsound” yang diisi oleh berbagai macam kolektif musisi elektronik berbakat dari seluruh penjuru Indonesia, beberapa diantaranya yaitu kolektif “Future 10” dengan aliran musik House-nya dan juga ada “Javabass Soundsystem” dengan Drum n Bass-nya.
Perkembangan musik elektronik di Indonesia menjadi lebih meriah ketika pada Era 2000-an awal, skena musik elektronik di Indonesia tidak hanya diisi oleh DJ (Disc Jockey) saja, tetapi musisi-musisi elektronik lain dengan format grup band pun ikut mewarnai pasar musik elektronik di Indonesia pada masa itu. Beberapa contoh musisi dengan format grup band elektronik di masa itu antara lain, yaitu “The Upstairs” dengan lagu hitsnya yang berjudul “Matraman”, lalu ada “Goodnight Electric”, dan “Bottlesmoker” yang mengawali kemunculannya sub-aliran musik elektronik baru di Indonesia, yaitu aliran “Electronic Synth-Pop”.
Lalu, Pada Tahun 2004, perhatian masyarakat tertuju kepada satu festival musik elektronik baru di Jakarta yang bernama “Jakarta Movement”. yang diadakan pertama kali pada Tahun 2004 oleh kolektif yang bernama “Future” (yang sekarang beralih nama menjadi “Future 10”) yang didalamnya ada duo DJ adik-kakak yang bernama Hogi Wirjono dan Anton Wirjono. Tidak sendiri, “Future” menggandeng “Nepathya” sebagai partner dalam membuat acara ini.
“Musik elektronik tidak hanya memberikan warna secara musikalitas, melainkan juga memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dibanding itu.”
Acara “Jakarta Movement 2004” ini menuai respons yang positif dan membuat “Future” bersama “Nepathya” sebagai penyelenggara acara berinisiasi untuk membuat “Jakarta Movement ‘05” yang dibuat di Tahun 2005 dan diselenggarakan di Pantai Karnaval Ancol. “Jakarta Movement ‘05” ini bisa dikatakan menjadi salah satu turning point bagi skena musik elektronik di Jakarta, khususnya bagi rave party, karena bisa dibilang acara “Jakarta Movement ‘05” ini menjadi sebuah “stimulus” yang memperkenalkan skena musik elektronik menjadi lebih besar lagi bagi masyarakat di kancah nasional maupun Internasional.

Festival Djakarta Warehouse Project 2019
Sumber: indonesia.travel
Pada Era 2010-an, musik elektronik mulai dilirik oleh pasar komersil di dunia, termasuk di Indonesia. Di era inilah musik elektronik mulai didengarkan secara masif dengan sub-aliran baru, yaitu “Electronic Dance Music” (EDM). Di era ini, terdapat beberapa musisi elektronik yang terkenal, seperti “Dipha Barus” dan “Jevin Julian”.
Dengan adanya keberagaman serta antusiasme masyarakat terhadap musik elektronik di Indonesia dari masa ke masa, ini tentu menjadi pertanda bahwa musisi-musisi elektronik di Indonesia telah memiliki potensi yang berbakan dan harus terus konsisten dalam mengembangkan kemampuannya dalam berkarya, sehingga musik elektronik dapat diterima lebih luas lagi di Indonesia pada masa yang akan datang.

Raden Haris Kahfi Nugraha
Mahasiswa Program Studi Sarjana Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Katolik Parahyangan