SELAMATKAN KRISIS IKLIM: STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN YANG HARUS INDONESIA PERTIMBANGKAN

SELAMATKAN KRISIS IKLIM: STRATEGI MANAJEMEN PERUBAHAN YANG HARUS INDONESIA PERTIMBANGKAN

Permasalahan perubahan iklim hingga saat ini masih disorot oleh Presiden Jokowi sebagai salah satu tantangan strategis yang harus diatasi oleh bangsa Indonesia. Perubahan iklim menjadi isu global yang harus diberi perhatian khusus, sebab dampak yang ditimbulkan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan memicu terjadinya bencana alam. Pemanasan global seringkali ditafsirkan sebagai perubahan iklim, dimana terjadi peningkatan gas rumah kaca pada lapisan atmosfer dalam waktu tertentu. Dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, suhu dunia saat ini terasa lebih hangat atau justru lebih panas dikarenakan manusia selaku aktor utama dari perubahan iklim terus menerus melakukan aktivitas yang melayangkan gas rumah kaca yaitu karbon dioksida dalam jumlah yang signifikan.

Dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim di Indonesia cukup kompleks, terjadinya pola cuaca yang berubah, peningkatan tingkat air laut, hingga suhu global yang meningkat menjadi ancaman serius terhadap ekosistem alam serta keseimbangan ekologi. Konsekuensi nyata dari perubahan iklim berdampak pada kerusakan ekosistem termasuk deforestasi, kehilangan habitat, dan penurunan keanekaragaman hayati. Tidak hanya itu saja, keberlanjutan lingkungan seperti ekosistem air, darat, hingga laut akan terganggu. Selain lingkungan yang menjadi korban perubahan iklim, masyarakat menjadi korban selanjutnya dari perubahan iklim, terutama mereka yang tinggal di daerah terpenci dan bergantung pada sumber daya alam akan kehilangan mata pencaharian hingga ketidakstabilan ekonomi.

Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, teori Lima Peran Pemimpin (CLARC) menjadi fundamental. Pemimpin periode 2024-2029, diharapkan memiliki peran sebagai Communicator (Komunikator), Liasion (Penghubung), Advocate (Advokat), Resistance Manager (Manajer Perlawanan), dan Coach (Pelatih) dalam mengatasi perubahan lingkungan. Sebagai komunikator, pemimpin harus menyampaikan pesan penting mengenai urgensi perubahan iklim kepada masyarakat dan pemangku kepentingan. Mereka perlu menjadi komunikator yang efektif dalam mengedukasi publik tentang dampak perubahan iklim dan tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Sebagai penghubung, pemimpin masa depan harus membangun hubungan yang kuat dengan negara lain dan organisasi internasional untuk berkolaborasi dalam mengatasi perubahan iklim. Hubungan internasional yang baik akan memungkinkan Indonesia untuk mengintegrasikan usaha global dalam menghadapi tantangan ini. Dalam perannya sebagai advokat, harus menunjukkan dukungan tulus dan sungguh-sungguh terhadap kebijakan yang berkaitan dengan perubahan iklim, termasuk pengelolaan sumber daya air, perlindungan hutan, dan penurunan emisi gas rumah kaca.

Manajemen Perubahan Iklim Indonesia
(dibuat dengan DALL-E)

Sebagai manajer perlawanan, pemimpin masa depan harus bisa mengidentifikasi dan mengatasi resistensi dari pihak-pihak yang membawa pengaruh buruk bagi perubahan lingkungan. Tantangan dari industri yang menolak perubahan karena kepentingan ekonomi harus dihadapi dengan bijaksana dan tegas. Terakhir, sebagai pelatih, pemimpin masa depan harus memberikan bimbingan dan dukungan kepada masyarakat dan sektor bisnis untuk memperbaiki perilaku serta praktik yang lebih ramah lingkungan. Mereka perlu mendorong inovasi teknologi yang dapat mengatasi perubahan iklim dan memberikan panduan serta informasi yang dibutuhkan untuk mendukung proses perubahan.

Mengaplikasikan konsep manajemen perubahan dalam menghadapi perubahan iklim tentu tidak selalu lancar, kemungkinan akan menghadapi tantangan seperti ketidakpedulian dan ketidaktahuan masyarakat mengenai urgensi perubahan iklim. Meskipun perlindungan lingkungan telah disampaikan dengan jelas, masih banyak yang belum menyadari dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Selain itu, resistensi dari pihak-pihak yang berpengaruh, seperti industri yang mengeksploitasi sumber daya alam, akan menjadi hambatan yang signifikan. Tantangan lainnya termasuk keterbatasan sumber daya alam untuk mendukung praktik ramah lingkungan, perbedaan kepentingan dan prioritas antar negara dalam kerjasama internasional, serta ketidakpastian politik yang dapat mengganggu implementasi kebijakan lingkungan.

Untuk mengatasi tantangan ini, para pemimpin di masa depan harus memperkuat upaya komunikasi yang efektif dengan masyarakat, media, dan pemangku kepentingan lainnya. Mereka perlu menyampaikan pesan yang jelas dan meyakinkan tentang pentingnya mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. Selain itu, keterampilan negosiasi
sangat diperlukan untuk mengatasi resistensi dari pihak luar yang tidak setuju dengan kebijakan perubahan iklim. Diskusi publik dengan berbagai pihak terkait, seperti pelaku industri, petani, nelayan, dan masyarakat adat, akan membantu menemukan solusi yang lebih efektif.

Konsistensi dan komitmen pemimpin di masa yang akan datang dalam bertindak dan menunjukkan komitmen mereka terhadap perlindungan lingkungan sangat penting untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pemangku kepentingan. Dengan membangun kerjasama dan kemitraan yang kuat dengan berbagai pihak, termasuk aktivis dan ahli lingkungan, mereka dapat memanfaatkan dukungan dan keterampilan yang ada untuk mengatasi perubahan iklim. Terakhir, pemimpin di periode selanjutnya harus memobilisasi masyarakat untuk terus mendukung upaya perlindungan lingkungan melalui sosialisasi dan pendidikan tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan. Keterlibatan aktif masyarakat akan melahirkan gerakan yang kuat dan berkelanjutan dalam mewujudkan perubahan positif. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, mereka dapat menghadapi tantangan perubahan iklim secara efektif dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan di Indonesia.

Rina Nurhidayanti

Rina Nurhidayanti
Mahasiswa Program Studi Sarjana Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Katolik Parahyangan